RSS

Penulis

Saya adalah seorang warga negara Indonesia Asli, saya dilahirkan sekitar 44 tahun yang lalu, tepatnya pada hari Kamis, 25 November 1966 di sebuah Dusun kecil yang bernama Banjar Dinas Galiukir Kaja, Desa Kebonpadangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali. Nama asli saya “I Nyoman Wiastra”. Saya hanya mempunyai satu saudara perempuan. Riwayat Pendidikan saya sebagai berikut. Saya diterima di Sekolah Dasar pada awal tahun 1974 di SD No.5 Batungsel (SDN No.2 Kebonpadangan – sekarang) dan tamat pada pertengahan 1980, jadi saya duduk di bangku SD selama 6,5 tahun (karena pada tahun 1978, Pemerintah Indonesia pada saat itu merubah sistem pendidikan) jadi pada saat itu saya mengalami perpanjangan tahun pelajaran dimana yang pada awalnya tahun pelajaran dimulai bulan Januari diubah menjadi pertengahan tahun yaitu pada bulan Juli. Perpanajangan Tahun Pelajaran tersebut terjadi ketika saya duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, makanya saya duduk di bangku kelas 5 selama 1,5 tahun.

Kemudian saya melanjutkan pendidikan saya di SMP Negeri Pupuan pada tahun 1980 pertengahan dan tamat pada tahun 1983 pertengahan, dan lanjut ke SLUA Saraswati Tabanan. Pada pertengahan 1986 saya melanjutkan Pendidikan saya di FKIP Unud Singaraja pada Program Diploma III dan lulus tahun 1989. Saya sangat bersyukur karena pada tahun 1990 saya sudah mulai dipekerjakan oleh pemerintah RI. Tugas pertama saya berlokasi di Daerah NTB, yaitu tepatnya di SMP Negeri 1 Masbagik Lombok Timur. Selama masa tugas saya di Lombok Timur banyak hal yang bisa saya petik dari banyak pengalaman hidup yang saya jalani di sana. Apakah itu hal yang menyedihkan atau yang menggembirakan. Sewaktu saya diangkat menjadi CPNS, saya masih lajang. Masa lajang saya bisa jalani selama tiga tahun, pada tanggal 23 Juni 1993 saya menikah dalam usia 27 tahun dan setahun kemudian kami diberkahi seorang putra. Satu hal yang tak bisa saya lupakan selama hidup ketika saya gagal mendapatkan gelar Sarjana di Universitas Mataram (UNRAM) dalam proyek Penyetaraan S1 PGSMP pada tahun 1998, dimana kegagalan tersebut disebabkan bukan karena saya tidak lulus ujian melainkan karena saya tidak bisa mengikuti ujian 2 mata kuliah. Penyebab ketidak mampuan saya mengikuti ujian saat itu adalah karena saya menghadapi dilema kehidupan. Saya harus memilih antara mengikuti ujian dan harus mengurus anak saya yang tergolek di RS karena menderita sakit ‘Tipus’ yang sangat parah, dan saya dihadapkan pada pilihan bahwa saya harus menyelamatkan anak, ketimbang harus mendapatkan gelar Sarjana tersebut.Kemudian pada tahun 1999, saya mohon pindah tugas ke daerah asal/kampung halaman. Mulai saat itulah (1999) sampai sekarang saya menjalankan tugas saya di SMP Negeri 4 Pupuan di Padangan. Dan karena berkat anugrah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, pada tahun 2007, akhirnya apa yang tidak saya dapatkan pada tahun 1998 (gelar Sarjana) akhirnya bisa saya proleh melalui proyek Universitas Terbuka.

Sampai pada bulan Oktober 2010 ini, genap masa kerja saya sebagai seorang PNS 20 tahun. Masa waktu yang sudah cukup lama, menjalani profesi sebagai seorang guru. Dalam perjalanan saya sebagai seorang guru, banyak hal yang terkadang membuat saya bangga, tapi tidak sedikit yang membuat saya terkadang merasa kecewa. Seperti sekarang ini, dimana seorang guru diukur kemampuan profesionalnya melalui system ‘Sertifikasi’. Celakanya, system ini sepertinya belum mampu melahirkan guru-guru profesional yang memang diharapkan oleh Negara. Kegagalan program pemerintah ini terjadi karena kesalahan pada tingkat tekhnis di lapangan. Menurut saya kegagalan program sertifikasi ini gagal dikarenakan sarat dengan unsur pendekatan personal masing calon peserta kepada eksekutornya, dimana disana kemungkinan banyak ada deal-deal mutualisme diantara mereka, sehingga terjadilah ketidak wajaran dalam pelaksanaan program tersebut. Contoh yang paling riil adalah saya, menurut peraturan setahun lalu, bahwa guru yang akan disertifikasi adalah guru yg memang mempunyai kompetensi lebih, berpengalaman, dan memiliki masa kerja lebih dari 15 tahun, sayang kenyataannya tak seperti yang diaturkan seperti itu, pada program sertifikasi tahun 2010 ini saja, banyak yang lolos sertifikasi adalah guru-guru yang baru diangkat, yang memiliki masa kerja kurang dari 15 tahun, dan yang paling ngiris adalah notabene guru yang tak mempunyai kopetensi basic MP yg diajarkan pun bisa lolos, kemudian saya sebagai seorang guru lapuk dan saya dua kali pernah mengikuti pelatihan guru berprestasi tingkat Nasional ke Jakarta tahun 2004 dan 2005,sayang tidak pernah diberikan peluang untuk mengikuti program sertifikasi itu… aneh bin ajaib bukan? dan banyak lagi keganjilan-keganjilan pelaksanaan program ini di daerah-daerah. Dan keganjilan inilah akhirnya membuat saya terkadang mengalami sedikit kemunduran antusias untuk mengajar… tapi normal saja karena saya terkadang merasa ‘cemburu’. Semoga keadaan ini segera berlalu, dan pemerintah mimikirkan cara jitu untuk mengoptimalkan program ini, sehingga ada keadilan bagi guru-guru seperti saya  ini. Semoga.

 

3 responses to “Penulis

  1. goldshurya

    8 Mei 2010 at 08.05

    Pak Man, sebaiknya fotonya diganti pake yang ada udeng dan kacamata hitam itu. Baru keren

     
  2. ketut puja arta

    28 Maret 2011 at 19.05

    ya itulah INDONESAI negara kita yang tercinta ini,,, hal yang dipaparkan sudah biasa terjadi, dan tidak akan pernah berubah

     
    • Nyoman Wiastra

      30 Maret 2011 at 08.22

      Ya barangkali tut, tyang juga gak tahu persis…

       

Tinggalkan komentar